Monday, November 10, 2014

Energi dan cara berpikir kita

Dalam konteks global, energi telah dipandang sebagai suatu komoditas layaknya kebutuhan primer, dapat kita lihat dalam transaksi baik regional dan multinasional, beragam bentuk produk dan cakupannya, katakan saja minyak mentah, sebagai salah satu bentuk energi dari dalam bumi, telah menjadi sasaran perburuan perusahaan-perusahaan besar dipelbagai belahan dunia. Menguasai energi sama saja dengan menguasai kehidupan manusia. Anda dapat hidup tanpa bahan bakar kendaraan? Atau adakah rumah tangga yang belum menggunakan listrik? Bila ada, mungkin anda tinggal di belahan bumi yang belum tersentuh teknologi.

Produksi energi nasional kita sangat berlimpah (data?). sangat menjanjikan sebagai suatu negara berkembang, tidak dapat dikesampingkan pula potensi energi yang masih tersimpan dalam bentuk deposit batubara, gas alam dan berbagai macam energi terbarukan yang telah lama diteliti dan dikembangkan. Semua patut kita syukuri. Tetapi apakah dengan bersyukur menjadikan kita negara yang makmur? Cukupkah kita berbahagia dengan pemberian Tuhan yang ada di bumi Indonesia?. Negara-negara asing sudah sejak lama mengeksploitasi potensi energi di alam Indonesia (data?). Sudah sekian lama dengan kontrak-kontrak kerja yang menguntungkan menikmati semua hasil alam kita. Adakah mendatangkan manfaat bagi masyarakat lokal (baca: masyarakat kebanyakan, bukan segelintir mafia lokal). Kita sudah sekian lama hanya menerima pajak hasil bumi dan menjadi pekerja bagi investor asing. Sudahkah rakyat kita makmur energi.

Energy prosperity.
Banyak definisi yang bisa kita buat dari istilah makmur energi, konsep ini dapat merujuk pada suatu keadaan dimana masyarakat sudah mengetahui dan menerapkan konsep-konsep perubahan energi, mengubah apa yang selama ini hanya potensi menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan secara mandiri. Dapat juga merujuk kepada situasi dimana orang-orang menggunakan energi, katakanlah untuk memasak makanan, tidak harus berpikir dua kali tentang biayanya, caranya, dan aspek-aspek keamanan keselamatannya. Mandiri, bukan berarti tidak bergantung pada orang lain, mandiri dalam arti tidak terikat akan kebutaan teknis dan kelumpuhan ekonomis. Berhemat energi itu baik, tidak ada yang salah dengan konsep berhemat energi, anda dapat berbagi dengan sesama dari penghematan anda, tetapi janganlah berhemat dan  anda harus berbagi karena dikatakan bahwa energi kita terbatas.

Pemadaman listrik a.k.a mati lampu menunjukkan bahwa masyarakat kita belum makmur energi. Masyarakat kita masih tergantung dengan suatu perusahaan atau suatu penyuplai kebutuhan energi. Masyarakat kita masih lumpuh energi, masih terbelakang dengan pemahaman sederhana bahwa untuk menggunakan listrik, kita harus pasrah dengan kemampuan sang penyedia energi. Masih bergantung pada suatu subjek. Begitu banyak alternatif yang sudah dikembangkan. Lagi-lagi alasan kepraktisan menjadi kata kunci bagi sebagian besar orang. Kita semua berharap suatu terobosan, suatu langkah besar untuk mengatasi masalah ini. Baik bagi perusahaan penyedia energi ini, maupun bagi masyarakat banyak sebagai pengguna.

No comments:

Post a Comment